Black Box
Catatan Pribadi Mendirikan, Membangun, dan Mengelola BIsnis

Ubahlah diri kita maka Allah akan turut mengubahnya POV business owner

Story Book #2

9 Januari 2025

Tadabbur daily dari al-fakir

“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka” adalah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, surah Ar-Ra’d ayat 11.

Kutipan ayat tersebut memiliki makna yan sangat mendalam bagi seorang pengusaha/pebisnis seperti saya. setidaknya (discalimer) ini saya ambil dari POV saya sebagai pebisnis, jika Anda membaca ini dari POV lain tidak perlu diperdebatkan perbedaannya. Pebisnis dituntun harus selalu adaptif terhadap perubahan sekecil apapun dalam dunia bisnis termasuk jika ada kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Tentu surat Ar-Ra’d tersebut diperuntukan untuk semua manusia, bukan hanya untuk pengusaha atau segelintir orang saja.

Tapi, jika anda tahu, dinamika pengusaha atau pebisnis lebih betul-betul terasa dibandingkan dinamika seorang pegawai pemerintah atau bahkan pegawai swasta. Segenting apapun kondisi ekonomi, tidak pernah kegentingan pegawai pemerintah dan pegawai swasta lebih besar dialaminya dibandingkan dengan para pengusaha. Risiko dari kegentingan ekonomi bagi pegawai negeri tidak terlalu berdampak, karena gaji akan terus diterima selama negara masih berdiri. Seorang pegawai swasta paling ekstrim adalah diberhentikan kerja tanpa ada dampak kerugian ekonomi yang sangat besar. Masih mendapatkan pesangon jika persuahaanya taat undang-undang. Saya mengatakan tidak ada penghasilan bukanlah sebuah kerugian, tapi hanya kembalinya kondisi ke titik dimana pegawai harus mencari pekerjaan baru. Berbeda dengan business owner, kegentingan ekonomi akan berdampak pada kerugian yang lebih ekstrim, seketika keuangan perusahaan bisa drop dalam beberapa bulan ditambah keuangan keluarga ikutan ambruk karena uangnya diinvestasikan di perusahaan tersebut.

Saya berikan beberapa contoh riil bagaimana dinamika seorang business owner ketika bulan ramadhan. Selama menjadi BoD sebuah perusahaan dalam kurun waktu 10 tahun lebih, ketika datangnya bulan Ramadhan, para pegawai itu senang luar biasa, biasanya begitu. Tapi, pengusaha yang memiliki karyawan itu malah pusing. Jam kerja jadi berkurang, dan yang paling dipikirkan adalah THR. Ada ga ya kas perusahaan untuk bayar THR pegawai? Cukup tidak ya untuk bayar? Bagaimana nanti kalau uangnya tidak cukup atau bahkan tidak ada. Ruwet. Saya tidak pernah merasakan bagaimana bahagianya mendapatkan THR, yang lebih saya rasakan adalah bagaimana pusingnya menambah penjualan supaya bisa membayar THR kepada semua pegawai. Ditambah jika ekonomi global turut berimbas pada pemasukan perusahaan. Lagi-lagi pengusaha harus betul-betul bisa adaptif, mengubah strategi bisnis, meski terkadang harus dengan langkah-langkah seperti terpaksa menunggak THR kepada para pegawai. Sebuah wujud nyata dari implementasi surat Ar-Ra’d yat 11.

Justru, kebahagiaan pengusaha itu akan terlihat ketika gaji pegawai lancar tiap bulan tanpa telat gajian, THR dan bonus lancar. Saya di beberapa momen ketika perusahaan sangat bagus keuangannya, pernah memberikan benefit besar kepada semua pegawai. Pertama tentu THR 1x gaji biasanya. Kedua, bonus akhir tahun, biasanya menyesuaikan dengan bonusnya, minimal setengah kali gaji maksimal 1x gaji pegawai. Ketiga ketika pembagian dividen, perusahaan saya ada kebijakan tak tertulis bahwa dividen akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dikurang nilanya untuk memberi 1x gaji kepada semua pegawai. Jadi kalau ditotalkan, pegawai saya mendapatkan setidaknya 15x gajian selama setahun. Alhamdulillah.

Kenapa saya bisa memberi sebesar itu? Pegawai layak diapresiasi secara formil dan materiil. Uang dan jabatan yang layak. Jika mereka terbukti bekerja keras untuk perusahaan.

Sebagai kesimpulan dari story ini adalah bahwa perubahan itu pasti, kita tidak ikut dalam gelombang perubahan pun, dunia tetap menjalankan misinya sendiri untuk berubah setiap saat. Rejeki itu sudah ditetapkan, sudah tertakar dan tidak akan tertukar. Tapi jika kita diam saja tanpa mau mencari rejeki tersebut a.k.a tidak mau melakukan perubahan, hampir mustahil rejeki itu bisa dengan mudah menemukan pemiliknya. Jadi, upayakan perubahan ekstrim kebiasaan-kebiasaan kita untuk bisa mendapatkan rejeki yang lebih ekstrim dan perubahan kehidupan yang juga jauh lebih ekstrim.

Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *